Pengalaman Berharga! 3 Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNESA Ikuti Program Magang Internasional di KJRI Johor Bahru Malaysia

ikom.fisipol.unesa.ac.id, SURABAYA―Selama satu bulan, mulai 30 September hingga 27 Oktober 2024, 3 (tiga) mahasiswa Ilmu Komunikasi UNESA telah mengikuti program magang di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) bertempat di Johor Bahru, Malaysia. Program magang ini merupakan salah satu skema unggulan dari FISIPOL International Student Mobility, di mana mahasiswa tidak hanya sekadar melangkah ke panggung internasional, melainkan turut berkontribusi sebagai konsuler Indonesia di negara asing yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia.
Ketiga mahasiswa yang terpilih untuk mengemban kesempatan emas tersebut di antaranya, Rafa Afifa Maharani, mahasiswa Ilmu Komunikasi UNESA angkatan 2022, Joy Nathanael, mahasiswa Ilmu Komunikasi UNESA angkatan 2022, dan Keisha Sofianada Prabawa, mahasiswa Ilmu Komunikasi UNESA angkatan 2021.

Selama menempuh program magang di KJRI Johor Bahru, Malaysia, Rafa menyebutkan bahwa ia diamanahi untuk menjalankan fungsi imigrasi. Banyak sekali pengalaman berharga yang diperolehnya. Ia bertugas untuk melayani pengambilan paspor dan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) WNI di Malaysia, terlibat dalam proses pembuatan dokumen paspor dan SPLP mulai dari alokasi nomor sampai tahap percetakan, terlibat dalam proses pembuatan dokumen para tawanan WNI di Malaysia, melakukan pengarsipan paspor dan SPLP, hingga melakukan pengiriman paspor via pos.
Berbeda dengan Joy, ia justru diberi mandat untuk bekerja di bidang kekonsuleran, di mana ia berwenang dalam mengurus pengaduan TKI atau WNI, pencatatan sipil dan ketenagakerjaan. Tidak hanya itu, Joy juga menghadiri acara pisah sambut dan pembubaran PAN HUT RI ke-79, sehingga hal ini menjadi sebuah privilege baginya sebagai salah satu peserta magang internasional.
Dituntut untuk cepat dan tanggap dalam mengonsultasikan dan membuat laporan kronologis dari setiap kasus yang diajukan, Joy mengungkap bahwa ia kerap kali menjumpai beberapa tantangan selama bertugas di bidang kekonsuleran.
"Ada tuntutan untuk dapat bersikap cepat tanggap, logis, tegas, hingga berani mengambil keputusan. Hal ini dikarenakan selama bekerja, bidang kekonsuleran terasa layaknya mengerjakan kumpulan studi kasus. Setiap WNI atau Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang datang ke KJRI tentunya mengadu tentang kasus-kasus yang berbeda, sehingga saat bekerja aku benar-benar harus tahu bagaimana alur terbaik dalam mengambil keputusan, pastinya yang sesuai dengan SOP konsuler," jelasnya.
Tak kalah menarik dari pengalaman Rafa dan Joy, Keisha menuturkan bahwa ia dipercayai untuk menangani berbagai keperluan yang berkenaan dengan media kreatif, seperti mendesain poster, mengambil foto dokumentasi, hingga memproduksi video yang relevan. Selain itu, Keisha juga pernah berkesempatan menjadi pengajar di salah satu sekolah di Malaysia, karena pada saat itu bertepatan dengan adanya agenda pelatihan guru di Singapura, sehingga Keisha memanfaatkan oportunis tersebut untuk berbagi ilmu dan wawasan baru.
"Salah satu kegiatan yang fun adalah ketika kami menghadiri acara launching e-paspor di kantor KJRI, di mana di sini aku bertugas sebagai tim publikasi dan dokumentasi, seperti plotting kamera dan produksi konten video reels. Kedua yaitu mengikuti acara lepas sambut staf dan pembubaran panitia 17-an," ucap Keisha.
Ketiganya juga menceritakan salah satu pengalaman luar biasa yang tak terlupakan, yakni menghadiri pagelaran Wonderful Nusantara Festival di Malaysia. Pagelaran ini menampilkan kekayaan budaya, seni dan kuliner dari berbagai daerah di Indonesia, Malaysia dan Singapura guna merayakan keragaman budaya melalui berbagai pertunjukan seni, tarian tradisional, pameran kerajinan tangan, dan kuliner khas berbagai daerah yang menggugah selera.
Melalui festival tahunan ini juga mencerminkan adanya jalinan kerja sama yang kuat antara tiga negara tetangga tersebut, terutama dengan memungkinkan adanya titik pertemuan di Yayasan Warisan Johor sebagai ajang apresiasi budaya antarnegara.
"Secara personal, hal yang paling berkesan ketika mengikuti festival ini terletak pada narasi panggung. Selain rentetan tarian tradisional dan penampilan budaya dari tiap-tiap negara, ada satu momen di mana terdapat empat anak kecil, dua di antaranya mencirikan warga Indonesia dan dua lainnya orang Malaysia. Mereka berempat telah bermain peran drama singkat dengan latar suasana tegang, di mana keempat anak tersebut saling menengkari kesamaan budaya dan miskomunikasi yang biasanya terjadi di antara dua negara ini," papar Joy.
Adapun Rafa juga menambahkan bahwa ajang ini membawakan pesan moral dan makna yang mendalam di baliknya. "Jadi acara WNF itu kan ajang silang budaya 3 negara, aku pun paham betul bahwa Nusantara itu kaya sekali akan budaya, tapi di acara itu bener-bener memaknai banget yang namanya kekayaan budaya kita. Meskipun serumpun, memang ternyata banyak bedanya, apalagi kosakata kita meskipun bentuk dan pengucapannya sama, tapi artinya bisa berbeda," tambahnya.
"Acara silang budaya ini sangat menarik karena ada partisipasi dari negara Indonesia, Malaysia dan Singapura juga. Acaranya berlangsung selama satu hari penuh, karena ada banyak sekali penampilan menarik, show case permainan tradisional dan kami diberi kesempatan untuk mengincipi makanan khas daerah," ucap Keisha.
Melalui kegiatan magang internasional ini, mahasiswa dapat mengetahui betapa pentingnya representasi pemerintah Indonesia di negara asing. Hal ini terwujud dari kinerja KJRI Johor Bahru yang prosedural, baik dengan tetap berorientasi pada hukum Indonesia maupun hukum negara setempat.
Tak hanya itu, peserta magang internasional juga dilibatkan dalam membangun team work sebagai salah satu cara bersosialisasi untuk memperluas relasi.
"Aku baru sadar kalau kita nggak bisa selamanya idealis, harus bisa semua sendirian apalagi itu juga termasuk ke soft skill, jadi yang perlu aku pertajam dan pelajari banget adalah team work itu untuk bersosialisasi dan memperluas relasi," pungkas Rafa [astr, 2024].
***
Laboratorium Ilmu Komunikasi UNESA