Pengalaman Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unesa menjalani bulan Ramadhan di Malaysia

ikom.fisipol.unesa.ac.id., Malaysia - Program student mobility menjadi salah satu cara bagi mahasiswa untuk
memperluas wawasan dan pengalaman mereka di negara lain. Salah satu pengalaman
yang menarik adalah ketika mahasiswa Ilmu Komunikasi Unesa mengikuti program
Student Mobility di Inti International Malaysia. Rombongan mahasiswa yang
terdiri dari 14 orang ini harus menjalani bulan Ramadhan di lingkungan baru
yang berbeda dengan di Indonesia.
Salah satu tradisi unik dan baru ketika menjalani Ramadhan di Malaysia
adalah tradisi bubur lambuk. Bubur lambuk adalah sebuah hidangan khas Malaysia
yang biasanya disajikan saat berbuka puasa. Bubur Lambuk memiliki rasa yang
lezat gurih serta kaya akan rempah-rempah. Hal yang paling menarik dari
Ramadhan di Malaysia adalah adanya Bazar Ramadhan. Berbagai kuliner dan jajanan
disajikan dengan harga yang ramah di kantong. Kuliner paling populer dari bazar Ramadhan ini adalah air balang. Minuman segar dan manis ini disajikan dalam
ember khusus berukuran besar. Minuman ini disajikan berwarna-warni sehingga menarik
perhatian mata. Bazar Ramadhan berlangsung selama sebulan penuh di bulan
Ramadhan dan selalu meriah setiap harinya.
Momen paling berkesan bagi mereka adalah ketika mereka mengikuti buka bersama di masjid dan di kampus. Kegiatan buka bersama di masjid tidak hanya menjadi kesempatan untuk menikmati hidangan berbuka, tetapi juga kesempatan untuk berinteraksi dengan warga lokal. Sedangkan para mahasiswa ini memiliki kesempatan untuk mengenal mahasiswa dari negara-negara lain ketika mengikuti kegiatan buka puasa bersama di kampus. Apalagi peserta buka puasa tersebut wajib memakai pakaian tradisional ketika menghadiri acara tersebut. Melalui acara ini, mahasiswa dapat menjalin persahabatan dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda.

[Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unesa berfoto di depan masjid ikonik di Malaysia saat menjalani Ramadhan] Foto: Dokumentasi Pribadi.
Salah satu tantangan yang dihadapi mahasiswa ini adalah perbedaan waktu.
Malaysia menggunakan GMT +8, sedangkan Surabaya berada di GMT +7. Perbedaan
satu jam ini mungkin terdengar sepele, tetapi saat menjalani rutinitas belajar
dan beribadah, para mahasiswa peserta student mobility ini harus menyesuaikan
diri. Mereka harus pintar-pintar mengatur waktu agar bisa mengikuti kelas dan
tetap menjalankan ibadah puasa dengan baik. Di kampus tempat mereka belajar,
Inti International University, tidak ada penyesuaian waktu belajar selama bulan
Ramadhan. Hal ini berbeda dengan kebijakan penyesuaian waktu yang terdapat di
berbagai kampus di Indonesia termasuk di Unesa.
Selain perbedaan waktu, mahasiswa peserta student mobility ini juga harus
beradaptasi dengan jenis makanan yang berbeda. Makanan Malaysia, meskipun
memiliki beberapa kesamaan dengan masakan Indonesia, tetapi memiliki cita rasa
yang berbeda. Mereka menemukan hidangan baru dan menarik seperti nasi lemak,
roti canai, dan nasi kandar yang menjadi favorit di kalangan mahasiswa. Proses
adaptasi ini tidak hanya menambah variasi jenis makanan mereka, tetapi juga
memberikan kesempatan untuk memahami lebih dalam tentang budaya kuliner
Malaysia.
Penulis: Safira Mushollia
***
Laboratorium Ilmu Komunikasi UNESA