Menelisik Sejarah Perkembangan Ilmu Komunikasi Bersama Dosen Universitas Bengkulu

ikom.fisipol.unesa.ac.id, SURABAYA―Ilmu
Komunikasi mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, bahkan di balik proses
perkembangannya menyimpan kisah sejarah yang amat panjang. Untuk itu, Rasianna
Br Saragih, S.Sos., M.Si., Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Bengkulu
berkesempatan mengisi kuliah tamu Pengantar Ilmu Komunikasi pada Kamis, 7
November 2024 melalui platform Zoom
Meeting.
Kegiatan ini diikuti oleh sekitar 50 mahasiswa Ilmu
Komunikasi UNESA angkatan 2024 secara virtual. Selain itu, melalui kuliah tamu
ini mahasiswa diajak untuk mengenal sejarah dan perkembangan Ilmu Komunikasi secara
mendalam guna memperkaya ragam perspektif baru.
Dalam materinya, Rasi memaparkan bahwa sejarah dan
perkembangan Ilmu Komunikasi diawali pada zaman Yunani Kuno. Retorika merupakan
cikal bakal lahirnya Ilmu Komunikasi, di mana Aristoteles telah memetakan 5 konsep
retorika, di antaranya inventio
(penemuan), dispatio (penyusunan), elocutio (gaya komunikasi), memoria (memori), dan pronuntitio (penyampaian).
“Jadi, konsep ini terkait dengan bagaimana kita menyampaikan sesuatu kepada orang lain yang diawali oleh adanya gagasan berupa penemuan atau ide-ide yang dimiliki, kemudian ide-ide tersebut disusun bagaimana cara mengomunikasikannya, dan selanjutnya bagaimana cara menyampaikan gagasan yang telah ditemukan berdasarkan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Aristoteles,” papar Rasi.

Selanjutnya, perkembangan zaman membawa masyarakat mulai mengenal
konsep publisitas, di mana hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan media
publikasi tertua pada zaman pemerintahan Romawi, yaitu Acta Diurna. Rasi juga menyebutkan bahwa perkembangan tersebut
diikuti oleh munculnya berbagai penemuan baru, seperti kertas papyrus dan penemuan mesin cetak oleh
Guttenberg pada abad ke-15.
“Ilmu Komunikasi itu juga dipengaruhi oleh perkembangan
jurnalistik. Penemuan kertas papyrus menjadi
bukti bahwa media tersebut digunakan sebagai alat untuk menyampaikan
pesan-pesan dari individu ke individu yang lain. Selanjutnya, ditemukannya
mesin cetak merupakan wujud kemajuan yang dapat memudahkan individu untuk
menuliskan pesan dan membagikannya kepada masyarakat,” jelasnya.
Disiplin Ilmu Komunikasi tidak serta merta menjadi sebuah
kajian ilmiah, namun juga mengalami proses panjang sehingga dapat disebut
sebagai ilmu. Maka dari itu, Rasi menekankan bahwa pada sekitar tahun 1940-an
telah muncul istilah Communication Science
atau Ilmu Komunikasi yang dikemukakan oleh Carl I. Hovland.
Adapun syarat terbentuknya suatu ilmu dilatarbelakangi oleh
tiga aspek, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Aspek ontologi mencakup
sejarah Ilmu Komunikasi, teori komunikasi, tradisi Ilmu Komunikasi, dan
komunikasi manusia. Aspek epistemologi mencakup bagaimana manusia dapat
mengetahui sesuatu, dari mana pengetahuan dapat diperoleh, dan bagaimana cara
menilai validitas. Sedangkan aspek aksiologi mencakup nilai-nilai yang
berkaitan dengan kegunaan hasil pengetahuan yang diperoleh.
Sebelum mengakhiri sesi kuliah tamu, Rasi mengajak para
mahasiswa untuk mengenal para tokoh penting yang memelopori sejarah
perkembangan Ilmu Komunikasi. Mahasiswa nampak antusias memperdalam pengetahuan
sejarah mereka akan asal-usul Ilmu Komunikasi. Hal ini terlihat dari sesi tanya
jawab yang berlangsung interaktif meskipun terbatas oleh ruang dan waktu.
Melalui kuliah tamu ini, diharapkan mahasiswa Ilmu
Komunikasi UNESA tidak hanya sekadar mempelajari sejarah Ilmu Komunikasi,
melainkan sesi ini dapat membantu mahasiswa merefleksikan identitas mereka dan
peran komunikasi dalam masyarakat [astr, 2024].
Saksikan Live
Streaming ‘Pengantar Ilmu Komunikasi – Rasianna Br Saragih, S.Sos., M.Si.’
di kanal YouTube: Departemen Ilmu Komunikasi UNESA.
***
Laboratorium Ilmu Komunikasi UNESA