Menjadi Dosen Tamu di Universitas Lambung Mangkurat, Vinda Maya Bagikan Wawasan Manajemen Isu dan Krisis

ikom.fisipol.unesa.ac.id, SURABAYA―Dosen Ilmu Komunikasi UNESA, Vinda Maya Setianingrum, S.Sos., M.A., berkesempatan menjadi dosen tamu di Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin (02/12/2024). Kegiatan pembelajaran jarak jauh ini merupakan wujud implementasi dari program pertukaran dosen (outbound), sekaligus menjadi bentuk kerja sama antar perguruan tinggi. Kuliah tamu ini diikuti oleh 50 mahasiswa Ilmu Komunikasi ULM angkatan 2022 melalui Zoom Meeting dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Departemen Ilmu Komunikasi UNESA.
Pada kesempatan kali ini, Vinda mengampu mata kuliah Manajemen Isu dan Krisis. Dalam pengantarnya, ia mengundang partisipasi aktif mahasiswa Ilmu Komunikasi ULM untuk menyampaikan contoh kasus apa saja yang belakangan ini sedang viral dan terjadi dalam ruang lingkup perguruan tinggi. Di samping itu, Vinda juga ingin lebih spesifik memaparkan bagaimana penanganan krisis kekerasan seksual sesuai dengan kajian kehumasan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam setiap instansi perguruan tinggi pasti terdapat beragam isu sosial, mulai dari isu kekerasan seksual, perundungan, SARA, dan lain sebagainya. "Biasanya kalau kasus-kasus seperti ini sudah naik di media, (kasus) itu akan mendapat pengawalan, kontrol atau monitoring dari publik," ucapnya.
Ketika terjadi suatu krisis, media sosial dapat menjadi dua sisi mata uang. Eksistensi media sosial dapat menjadi sarana publikasi terkait penanganan kasus, namun di sisi lain media sosial juga dapat berpotensi merusak reputasi lembaga. "Maka dari itu, apabila terjadi suatu krisis harus segera diatasi dengan strategi penanganan krisis," jelas Vinda.
Kasus kekerasan seksual dinilai sangat cepat dalam proses viralisasinya, lantaran isu tersebut merupakan isu yang tergolong sensitif. Direktur Humas dan Informasi Publik UNESA tersebut menuturkan bahwa seorang humas dituntut untuk transparan dalam melakukan eksekusi strategi penanganan krisis. Namun, ia juga menegaskan bahwa seorang humas harus selalu mengupayakan hal-hal yang berkaitan dengan privasi dan perlindungan korban.
"Korban membutuhkan kenyamanan, kalau mereka dibicarakan di media sosial tentunya dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan harus menanggung beban mental. Adanya dua sisi tersebut, antara harus terbuka dan harus melindungi korban harus diperhatikan dalam manajemen isu dan krisis di kampus agar komunikasinya dapat berjalan dengan baik," terangnya.
Mengelola suatu krisis sangatlah penting karena apabila dibiarkan berlarut-larut dapat semakin memperburuk keadaan. Pengelolaan krisis merupakan suatu upaya atau seni menangani dan menyelesaikan krisis. Maka dari itu, setiap lembaga pendidikan memiliki cara manajemen isu dan krisis yang berbeda-beda tergantung dari latar belakang dan jenis kasusnya.
Terdapat lima tahapan terjadinya krisis, yakni mulai dari pre-crisis (pra-krisis), warning (peringatan), acute (akut), clean-up (pembersihan), dan post-crisis (pasca-krisis). Kelima tahapan tersebut harus diperhatikan dengan seksama dan penanganan krisis harus dilakukan dengan cepat, karena semakin menunggu waktu, maka akan semakin membuka ruang bagi publik untuk berspekulasi atau memberikan persepsinya masing-masing [astr, 2024].
Saksikan Live Streaming 'Pertukaran Dosen (Outbound) - Kuliah Tamu Manajemen Isu dan Krisis' di kanal YouTube: Departemen Ilmu Komunikasi UNESA.
***
Laboratorium Ilmu Komunikasi UNESA