Gereja Katedral Hati Kudus Yesus Surabaya: Simbol Sejarah dan Akulturasi Budaya

ikom.fisipol.unesa.ac.id, Surabaya - Gereja Katedral Hati Kudus
Yesus (HKY) di Surabaya, dibangun pada tahun 1921, adalah bangunan bersejarah
yang memiliki nilai budaya tinggi. Selain berfungsi sebagai tempat ibadah umat
katolik, gereja ini juga melambangkan interaksi antara budaya barat dan lokal.
Dengan arsitektur Gotik-Romanesque, gereja ini menampilkan ornamen seni
klasik yang kaya.
Keberadaannya mencerminkan bagaimana para misionaris Belanda berhasil
membawa ajaran agama dengan tetap mempertahankan nilai budaya lokal. Gereja ini
telah menjadi bagian dari sejarah sosial masyarakat, yang mencerminkan
akulturasi antara budaya Jawa dan Eropa dalam berbagai aspek, seperti bahasa,
kesenian, dan tradisi.
Keunikan Gereja Katedral HKY juga terletak pada adaptasi elemen lokal yang
dilakukan oleh para misionaris Belanda dalam memperkenalkan ajaran Katolik.
Dengan pendekatan yang memahami budaya setempat, gereja ini tidak hanya menjadi
simbol agama, tetapi juga tempat di mana interaksi lintas budaya terjalin erat.
Akulturasi ini terlihat dalam berbagai elemen, mulai dari tradisi ibadah hingga
arsitektur yang menggabungkan unsur Eropa dengan karakteristik lokal.
Interaksi Budaya dan Peran Gereja dalam Masyarakat

Gereja Katedral HKY di Surabaya tidak hanya berfungsi sebagai tempat
ibadah, tetapi juga sebagai sarana komunikasi budaya. Para misionaris yang
datang ke Jawa Timur beradaptasi dengan budaya setempat, menggunakan bahasa Jawa dalam misa dan menggabungkan seni serta musik lokal dalam peribadatan. ini
menunjukkan bahwa gereja berusaha membangun hubungan harmonis dengan masyarakat
sekitar, bukan sekedar membawa identitas budaya Eropa.
Selain itu, integrasi budaya terlihat dalam berbagai aktivitas gereja.
Salah satu contohnya adalah penggunaan alat musik tradisional Jawa seperti
gamelan dan angklung dalam acara ibadah khusus, di sampil alat musik klasik
Eropa seperti biola dan cello. Kehadiran unsur budaya lokal ini mencerminkan
bagaimana Gereja Katedral HKY menghargai keberagaman dan berusaha menciptakan
ruang inklusif bagi semua kalangan.
Bangunan gereja juga memiliki elemen sejarah yang masih dipertahankan
hingga kini, salah satunya adalah mimbar kayu tua yang telah ada sejak awal
pendiriannya. Mimbar ini bukan hanya sekedar elemen dekoratif, tetapi juga
simbol penghormatan terhadap sejarah dan warisan budaya gereja. Dengan tetap
mempertahankan unsur-unsur klasik ini, gereja menunjukkan bagaimana nilai
budaya dapat diwariskan tanpa kehilangan makna aslinya.
Keberagaman dan Harmoni dalam Keberlanjutan

Sebagai landmark penting di Surabaya, Gereja Katedral HKY telah menjadi
bagian dari identitas kota dan mencerminkan keberagaman budaya yang ada di
Indonesia. Meskipun berakar dari sejarah kolonial, gereja ini menunjukkan bahwa
keberagaman dapat menjadi kekuatan penyatu. Proses adaptasi budaya di gereja
ini mengajarkan pentingnya komunikasi lintas budaya untuk menciptakan harmoni
sosial.
Banyak umat yang mengapresiasi bagaimana gereja ini mempertahankan
nilai-nilai sejarah dan budaya. Anna, seorang jemaat, mengungkapkan
kekagumannya “Setiap kali saya masuk, saya merasa seperti di tempat sakral
Eropa, namun juga merasakan unsur lokal yang kuat dalam peribadatan,”
ujarnya.
Hal ini menunjukkan bahwa gereja bukan hanya menjadi tempat ibadah, tetapi
juga sarana untuk memahami dan menghargai perbedaan budaya.
Gereja Katedral HKY berperan penting dalam memelihara hubungan antar
kelompok masyarakat. Keberagaman di dalamnya menjadi contoh dialog antar budaya
yang memperkaya kehidupan bersama. Dengan menggabungkan unsur Eropa dan lokal,
gereja ini menunjukkan bahwa akulturasi dapat menciptakan kolaborasi yang
harmonis dan inklusif.
Gereja Katedral Hati Kudus Yesus di Surabaya tidak hanya berfungsi sebagai
tempat ibadah, tetapi juga sebagai simbol dari kekayaan budaya dan harmoni
sosial yang terjalin di tengah keberagaman. Melalui proses akulturasi yang
cermat, gereja ini berhasil menciptakan identitas yang inklusif, di mana nilai
lokal dan warisan sejarah saling melengkapi.
Sebagai contoh nyata dari komunikasi lintas budaya, Gereja Katedral HKY
mengajarkan kita bahwa keragaman dapat menjadi kekuatan yang mempererat
hubungan antar individu dan komunitas, serta menciptakan ruang bagi dialog dan
saling pengertian. Dengan demikian, gereja ini tidak hanya menjadi saksi
sejarah, tetapi juga harapan bagi masa depan yang lebih harmonis dan
inklusif.
***
Author : Christoforus Karol Brilliant Respati (Ilmu Komunikasi, 2023)
Editor : Nailah, 2025
Laboratorium Ilmu Komunikasi UNESA